Kumpulan Tulisan di Group BBM As Sunnah 9 & 14

Archive for Desember, 2010

*Adab-adab membaca

From Group: Nge-Rodja
…………………………..
Dari ust Badrusalam
………………………….

** Dec 18 Sat 13:37 **

*Adab-adab membaca

1. Ikhlash mengharapkan keridlaan Allah semata, dalam rangka menjalankan perintah Allah Ta’ala utk menuntut ilmu.
2. Memilih buku yang paling bermanfaat dan banyak faidahnya.
3. Melihat daftar isi dan isi buku secara global.
4. Membaca buku dgn penuh perhatian dan tadabbur

5. Mencatat faidah-faidah ilmu di buku kecil atau di depan buku.

6. Mengulang bacaan sampai kita faham

7. Jangan melipat kertas utk memberi tanda

8. Bila telah mulai bosan, kita coba ganti dengan buku lain yg memberi semangat seperti buku ttg kisah-kisah ulama dsb

Fiqh Do’a

Dari Grup: Bedah Buku2

DO’A
———-
Oleh: Ustad Kholid Syamhudi, Lc

Tidak dapat dipungkiri setiap orang ingin do’anya terkabulkan. Alangkah indahnya bila hal itu didapatkan dan alangkah celakanya bila do’a kita dipastikan tidak dikabulkan.
Perlu diingat Allah adalah Dzat yang maha pengasih dan penyayang kepada hambaNya. Apalagi Dia senang hambaNya berdo’a, menghadap dan menampakkan kefakiran (kebutuhan)nya kepada Allah. Ditambah lagi Allah tidak akan menolak hambaNya yang memohon dengan mengangkat kedua tangannya, sebagaimana dijelaskan Rasululloh dalam sabdanya:
إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
Sesungguhnya Rabb kamu –Tabaraka wata’ala- Hayiyun karimun, ia malu dari hambaNya apabila mengangkat kedua tangannya untuk membiarkannya tidak membawa apa-apa. (HR Abu Daud )

Mengapa kita berdoa

a. Mengamalkan perintah Allah:
[وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ] (غافر:60)،
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”. (QS al-Mukmin:60)
Dan firman Allah :
[وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ] [الأعراف:29].
Berdoalah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. (QS al-A’rof:29)

b. Mencegah sifat takabbur

“وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ” [غافر:60].
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”.(QS al-Mukmin:60).
Imam asy-Syaukani menjelaskan ayat ini: Ayat yang mulia ini menunjukkan doa merupakan ibadah, karena Allah memerintahkan hambaNYa untuk berdoa kepadaNya, kemudian Dia berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku” sehingga menunjukkan doa adalah ibadah dan tidak berdoa kepada Allah adalah kesombongan dan tidak ada yang lebih buruk dari kesembongan seperti ini. Bagaimana seorang hamba sombong tidak mau berdoa kepada sang maha penciptanya, pemberi rezekinya, yang mengadakannya dari ketidak adaan dan menciptakan seluruh alam semesta, member rezeki, menghidupkan, mematikan, memberi pahala dan siksaan. Jelaslah kesombongan seperti ini adalah satu kegilaan dan cabang dari kufur nikmat. (Tuhfat adz-Dzaakirin karya imam Muhammad bin Ali asy-Syaukani hlm 28)

c. Doa adalah ibadah
Hal ini dijelaskan dalam hadits an-Nu’man bin Basyir yang berbunyi:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ_صلى الله عليه وسلم_ قَالَ:”الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ”
Sesungguhnya Rasulullah bersabda: doa adalah ibadah. (HSR at-Tirmidzi)

d. Doa adalah amalan yang dicintai Allah dan menjadi sebab mencegah kemurkaan Allah.
Seperti dijelaskan sahabat Abdullah bin Mas’ud dari Rasulullah beliau bersabda:
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
Siapa yang tidak meminta kepada Allah niscaya Allah murka padanya. (HHR at-Tirmidzi) hadits ini menunjukkan keridhaan ilahi ada pada doa dan ketaatan. Apabila Allah ridha maka semua kebaikan ada pada keridhanNya, sebagaimana semua petaka dan maksiat ada pada kemurkaanNya. (lihat al-Jawaab al-Kaafi hlm 8-9).
Benar ungkapan :
لاَ تَسْأَلَنَّ بُنَيَّ آدَمَ حَـاجَةً *** وَسَلِ الَّذِيْ أَبْوَابُهُ لاَ تُحْجَبُ
اللهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ*** وَبُنَيُّ آدَمَ حِيْنَ يُسْأَلُ يَغْضَبُ

e. Doa adalah tanda ketawakkalan kita kepada Allah.

f. Doa adalah tanda keselamatan dari sifat ketidak mampuan, berdasarkan hadits Abu Hurairoh yang berbunyi:
أَنَّ النَّبِيَ_صلى الله عليه وسلم_قاَلَ:”أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجِزَ عَنِ الدُّعَاءِ، وَأَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلاَمِ”
Sesungguhnya Nabo bersabda: Orang yang paling tidak mampu adalah orang yang tiodak mampu berdoa dan orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil ngucapkan salam (HR Ahmad dan at-Tirmidzi dan dihasankan al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no 5678

g. Hasil dari doa yang sdh dapatkan jaminan –dengan izin Allah- terkabulkan.
11 مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
Tidak ada seorang muslim dimuka bumi ini berdo’a kepada Allah kecuali Allah akan memberikannya atau dipalingkan darinya kejelekan seperti itu selama tidak berdoa dengan dosa atau memutus kekerabatan. Lalu seorang dari kaum berkata: Kalau begitu kita memperbanyak (do’a)! beliau menjawab: Allah lebih banyak lagi (memberinya). (HR at-Tirmidzi dan dishohihkan dalam kitab Shohih kitab al-Adzkaar karya Syeikh Salim al-Hilali).

Imam Ibnu Hajar menyatakan: Semua orang yang berdoa akan diijabahi, namun ijabahnya bervariasi, kadang terjadi seperti yang diminta dan kadang dengan gantinya. (lihat Fathul bari 11/95)

h. Doa menjadi sebab menolak bala sebelum turunnya, berdasarkan sabda Rasulullah :
“وَلاَ يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلاَ الدُّعَاءُ”
Tidak menolak takdir kecuali do’a (HR Ahmad dan ibnu Majah dan dihasankan al-Albani dalam shahih al-Jaami’ no. 7687 dan juga lihat Silsilah Ahadits shahihah no 154)
Demikian juga setelah datangnya bencana dan bala’ juga manfaat, seperti dijelaskan dalam sabda Rasulullah:
“مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ، وَمَا سُئِلَ اللهُ شَيْئًا يُعْطُى_ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ الْعَافِيَةَ، إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ؛ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ) (20).
Siapa dari kalian yang dibukakan pintu doa, maka telah dibukakan untuknya pintu-pintu rahmat. Tidaklah Allah diintta sesuatu yang diberi lebih dicintaiNya dari permintaan afiyat. Sesungguhnya doa bermanfaat dari petaka yang terjadi dan dari yang belum terjadi. Maka hendaklah -wahai hamba Allah- untuk berdoa. (HR at-Tirmidzi dan dihasankan al-Albani dalam shohih al-Jaami’ 3409) .

i. Doa menjadi sifat hamba Allah yang bertakwa. Seperti dijelaskan Allah dalam firmanNya:
“إِنَّهُمْ كَانُوْا يُسَارِعُوْنَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوْا لَنَا خَاشِعِيْنَ” [الأنبياء: 90]
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami. (QS al-Anbiya’ :90).
Juga menjelaskan kepada kita tentang hamba-hamba Allah yang shalih dalam firmanNya:
“وَالَّذِيْنَ جَاءُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاً لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ” [الحشر:10]
dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
Ada berita gembira yang disampaikan Rasululloh kepada kita, yaitu sabda beliau:
مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
Tidak ada seorang muslim dimuka bumi ini berdo’a kepada Allah kecuali Allah akan memberikannya atau dipalingkan darinya kejelekan seperti itu selama tidak berdoa dengan dosa atau memutus kekerabatan. Lalu seorang dari kaum berkata: Kalau begitu kita memperbanyak (do’a)! beliau menjawab: Allah lebih banyak lagi (memberinya). (HR at-Tirmidzi dan dishohihkan dalam kitab Shohih kitab al-Adzkaar karya Syeikh Salim al-Hilali).
Dalam hadits ini dijelaskan Allah menjanjikan pengabulan do’a seorang muslim, namun tentunya bila syarat-syaratnya terpenuhi.

Syarat-syarat do’a.

Para ulama menjelaskan syarat-syarat terkabulkannya do’a, diantaranya:

1. Ikhlas.
Demikianlah dalam berdo’a harus ikhlas semata mengharap kepada Allah, sebab do’a adalah ibadah dan ibadah tidak diterima tanpa ada keikhlasan

2. Tidak tergesa-gesa
Manusia makhluk yang suka tergesa-gesa dan gampang putus asa sehingga bila do’anya tidak segera tampak hasilnya, iapun meninggalkannya dan bosan berdoa bahkan bias marah dan menyalahkan Allah. Oleh karenanya sifat tergesa-gesa ini menjadi penghancur do’a sebagaimana disabdakan Rasululloh :
لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

Senantiasa Allah mengabulkan do’a hambaNya selama tidak berdo’a dengan dosa atau memutus kekerabatan, selama tidak tergesa gesa. Ada yang bertanya: Wahai Rasululloh apa itu ketergesaan (dalam do’a)? beliau menjawab: Hamba itu menyatakan: Saya telah berdo’a dan telah berdoa namun belum saya lihat Allah mengabulkannya. Lalu ia menyesal ketika itu dan meninggalkan do’a. (HR Muslim)
Seharusnya seorang hamba terus menerus berdo’a dan memperbanyak do’a dan tidak menunggu dikabulkannya sebab pengabulan do’a semata hak Allah.

3. Berdoa kebaikan
Terkadang seseorang Karena tidak sabar berdo’a kejelekan kepada dirinya, anaknya dan keluarganya. Sebagaimana firman Allah:

Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. Al-Isra’ 17:11)
Dengan demikian do’a kejelekan tidak dikabulkan karena kelembutan dan sayangnya Allah kepada hambaNya. Namun jangan memperbanyak hal itu karena khawatir masuk dalam waktu Allah mengabulkan seluruh permintaan hambaNya, karena Rasululloh bersabda:
لاَ تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ؛ لاَ تُوَافِقُوْا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيْهَا عَطَاءً فَيَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
Janganlah kalian berdo’a kejelekan kepada diri kalian, anak kalian dan harta kalian; jangan sampai kalian masuk dalam waktu Allah diminta permintaan padanya lalu mengabulkan do’a kalian (HR Muslim).

4. Yakin dan hadirnya hati dalam berdo’a

Dalam berdo’a kita menghadap Allah dan menyampaikan hajat kebutuhan kita kepadaNya. Tentunya tidak pantas kita menyampaikan ucapan yang tidak kita fahami makna dan kandungannya sehingga akhirnya hati kita tidak hadir dan tidak yakin dengan do’a tersebut. Padahal Rasululloh bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan yakin dikabulkan dan ketahuilah Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan main-main. (HR at-Tirmidzi dengan derajat hasan).

5. Makanan dan minuman harus halal.

Makanan yang halal memberikan pengaruh terhadap dikabulkannya do’a, sebagaimana dijelaskan Rasululloh dalam sabdanya:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : ,يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً – وَقاَلَ تَعَالَى : , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ – ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .
Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Ya Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan. (Riwayat Muslim).

Adab dalam Berdoa

Adab dalam berdoa dapat dibagi dalam beberapa kategori:

a. Tata cara

Rasulullah menyampaikan beberapa adab dan etika dalam tata cara berdoa, diantaranya:

1. Memuji Allah sebelum berdoa dan bershalawat kepada Nabi, berdasarkan hadits Fadhaalah bin Ubaid beliau berkata:
بَيْنَمَا رَسُوْلُ اللهِ قَاعِدًا إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ، فَصَلَّى فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ، وَارْحَمْنِيْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ”:”عَجَلْتَ أَيَّهَا الْمُصَلِّي، إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، وُصَلِّ عَلَيَّ ثمُ َّادْعُهُ”.ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌُ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ، فَحَمِدَ اللهَ، وَصَلَّى عَلَى النَّبِي”، فَقَالَ لَهُ النَّبِي”:أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ

Ketika Rasulullah duduk tiba-tiba masuk seorang lalu sholat dan berkata: Ya Allah ampunilah dan rahmatilah aku. Lalu Rasulullah menyatakan: Wahai orang yang shalat kamu telah terburu-buru. Apabila kamu sholat lalu duduk maka pujilah Allah dengan pujian yang pantas dan bersholawatlah kepadaku kemudian baru berdoa! Kemudian seorang lain selesai sholat setelah itu lalu memuji Allah dan bersholawat kepada Nabi. Maka Nabi berkata kepadanya: Wahai orang yang shalat berdoalah pasti akan diijabahi. (HR at-Tirmidzi dan Abu daud dan dihasankan al-Albani dalam Shohih al-Jaami’ no. 3988). Bahkan Nabi menyatakan:
“كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبٌ، حَتَّى يُصَلِّيَ عَلَى النَّبِي- صلى الله عليه وسلم-
Semua doa tehalangi hingga bershalawat kepadaku (HR ath-Thabrani dan dihasankan al-Albani dalam shahih al-Jaami’ no. 4523).

2. Mengakui dosa dan kesalahannya, oleh karena itu doa nabi Yunus termasuk doa yang teragung karena berisi pengakuan pada keesaan Allah dan pengakuan dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya. Allah mengisahkan doa beliau dalam firmanNya:
:”فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ” [الأنبياء: 87] (29).
Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” (QS al-Anbiya’ : 87).

Sebagai contoh adalah doa sayyid al-Istighfar yang disampaikan dalam hadits Syidaad bin Aus dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa beliau bersabda:
“سَيِّدُ الاِسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. مَنْ قَالَهَا فِي النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيْ _ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ _ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ”

Sayyid al-Istighfar adalah ucapan seorang hamba: () barang siapa yang mengucapkannya disiag hari dalam keadaan yakin dengannya lalu mati dihari tersebut sebelum sore maka ia termasuk penduduk syurga dan siapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan yakin dengannya lalu mati sebelum subuh maka ia termasuk penduduk syurga.(HR al-Bukhori).

3. Khusyu’ dan memohon dengan sangat dan berharap dan cemas dalam berdoa, seperti dijelaskan dalam firman Allah:
“إِنَّهُمْ كَانُوْا يُسَارِعُوْنَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوْا لَنَا خَاشِعِيْنَ” [الأنبياء: 90].
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.

4. Sungguh-sunggu dan pasti dalam memohon. Seperti dijelaskan Nabi dalam sabdanya:
“لاَ يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِيْ إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزَمِ الْمَسْأَلَةَ؛ فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرَهَ لَهُ”
Janganlah salah seorang kalian mengucapkan: Ya Allah ampunilah aku bila kamu kehendaki, ya Allah rahmatilah aku bila Engkau kehendaki. Hendaknya sungguh-sungguh dalam meminta karena Allah tidak akan terpaksa. (Muttafaqun ‘alaihi)

5. Berdoa dalam segala keadaan, seperti dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya:
“مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكُرَبِ _ فَلْيُكْثِرْ مِنَ الدُّعَاءِ فِي الرَّخَاءِ”
Siapa yang ingin Allah kabulkan doanya ketika kesusahan dan bencana maka perbanyaklah doa ketika longgar (HR at-Tirmidzi dan al-Haakim dan dihasankan al-Albani dalam shahih al-Jaami’ no. 6290)

Mari mumpung sdg tdk sempit perbanyak doa

6. Menghadap kiblat.

7. Mengangkat tangan. Memang demikian karena mengangkat tangan dalam berdo’a pada asalnya disyari’atkan dalam hadits-hadits yang mutawatir maknawi dalam banyak kondisi dan peristiwa, baik berupa perbuatan ataupun perkataan beliau صلى الله عليه وسلم .

Diantara hadits yang menunjukkan beliau صلى الله عليه وسلم mengangkat tangan adalah hadits Abu Musa al-Asy’ari yang berbunyi:
دَعَا النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ وَرَأَيْت بَيَاض إِبْطَيْهِ
Nabi berdo’akemudian mengangkat kedua tangannya dan aku melihat putih ketiak beliau. (Mutafaqun ‘alaihi)
Sedangkan dari pernyataan beliau adalah sabda beliau yang berbunyi:
إِنَّ اللهَ حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِيْ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهَ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرَاً.
Sungguh Allah itu Hayyiyun Kariemun malu dari hambaNya apabila mengangkat kedua tangannya kepadaNya untuk tidak mengabulkannya. (HR abu Daud dan at-Tirmidi dan dihasankan al-Albani dalam shahih al-Jaami’ 2070)

Agar jelasnya kami berikan satu kaedah tentang mengangkat tangan dalam berdo’a yang disampaikan ulama yaitu mengangkat tangan dalam berdo’a dapat dibagi dalam tiga kategori:

1. do’a-do’a yang Nabi n mengangkat tangan padanya, seperti khothib berdo’a untuk istisqa’ (minta hujan), maka kita mengangkat tangan dalam hal ini, dengan dalil hadits riwayat al-Bukhori dari Anas bin Malik dalam kisah A’robi yang meminta beliau dalam khutbah jum’at utuk minta hujan, lalau beliau mengangkat kedua tangannya berdo’a dan orang-orangpun mengangkat tangan-tangan mereka.

2. Do’a-do’a yang Nabi tidak mengangkat tangan padanya, seperti berdo’a didalam khutbah jum’at bukan istisqa’ (minta hujan). Seandainya khothib berdo’a untuk kebaikan kaum muslimin atau pertolongan dan kemenangan untuk para mujahidin dalam khutbah jum’at maka ia tidak mengangkat tangannya. Demikian juga do’a diantara dua sujud, pada tahiyat akhir sebelum salam dan sejenisnya maka tidak mengangkat tangannya.

3. Do’a-do’a yang tidak diriwayatkan Nabi صلى الله عليه وسلم melakukannya dengan mengangkat tangan atau tidak mengangkat tangan, maka hukumnya kembali kepada asal yaitu diperbolehkan mengangkat tangan padanya.
** BBM AS SUNNAH **

Syarah Ushul Sunnah Imam Ahmad (bag. 10)

Ke-sepuluh:

ولا تضرب لها الأمثال، ولا تدرك بالعقول والأهواء. إنما هو الاتباع وترك الهوى

10. As-Sunnah tidak boleh dibuat permisalan dan tidak dapat diukur dengan akal dan hawa nafsu, akan tetapi dengan ittiba’ dan meninggalkan hawa nafsu.

Faedah poin 10:
Oleh Ustad Badrussalam

1. Memberi permisalan dalam aqidah termasuk menggunakan qiyasn dan qiyas tidak berlaku dalam aqidah.
2. Kewajiban kita adalah ittiba’ terhadap nash-nash dan meninggalkan hawa nafsu.
Aqal bukan sebagai parameter dalam masalah aqidah, namun demikian aqal yang sehat tidak akan bertabrakan dengan dalil yang shahih.
3. Bila ada dalil yg seakan-akan bertentangan dengan aqal, kewajiban kita adalah menuduh aqal kita yang tidak memahaminya.
4. Hawa nafsu adalah penyebab utama yang menyesatkan manusia dari aqidah yang shahihah.

Tanya:
Ustadz badru…terkadang kita yg notabene sudah belajar dan berilmu dien islam ini dg manhaj salaf…tetap diakui masih disesatkan oleh hawa nafsu duniawi….bagaimana dengan kadar dosa kami ini ustadz ? Apakah lebih besar dosanya dibanding dg yg masih jahil ? ‎​شُكْرًاجَزِيلاً tadz

Jawab:
Bisa jadi

Syarah Ushul Sunnah Imam Ahmad (bag. 9)

Ke sembilan:
وليس في السنة قياس

9.Di dalam As-Sunnah tidak ada qiyas.
Faidah point 9:
1. Maksud beliau tidak ada qiyas dalam sunnah adalah dalam aqidah, karena para ulama dahulu seing memutlakkan kata sunnah utk aqidah.
2. Qiyas tidak berlaku dalam masalah aqidah, karena masalah keyakinan tidak diketahui illatnya, sedangkan syarat qiyas adalah adanya persamaan illat.
Seperti keyakinan bahwa Allah bersemayam di atas arasy, keyakinan ttg surga dan neraka dsb.
3. Dalam aqidah hanya berlaku qiyas aula, yaitu qiyas yg lebih tinggi namun dgn syarat harus sempurna dari seluruh sisinya.
Seperti manusia yg melihat lebih sempurna dari manusia yg buta, maka bagi Allah lebih layak lagi.
Tapi jika kesempurnaannya bersifat relatif maka haram, seperti manusia yg punya anak lebih sempurna dari manusia yg tidak punya anak. Bagi manusia punya anak itu sempurna karena ia butuh kpd anak. Dan bagi Allah sifat ini kurang.
4. Qiyas yg dilarang dalam aqidah adalah qiyas tamtsil dan qiyas syumul. Qiyas tamtsil yaitu mempersamakan Allah dengan makhluknya seperti mengatakan: bila Allah punya tangan maka makhlukpun punya tangan, lalu ia mengingkari sifat tangan, karena menganggap mempersamakan Allah dgn makhluk.
Qiyas syumul adalah mempersamakan Allah pada sebagian sifat makhlukNya, seperti mengatakan bahwa semua yg mempunyai tangan, kaki adalah jasad, maka tidak mungkin Allah berupa jasad yg saling membutuhkan.
Dua qiyas ini batil dan tidak boleh digunakan dalam aqidah, dan qiyas seperti ini yg dilarang oleh para ulama.
5. Qiyas juga tidak berlaku dalam ibadah mahdlah, yaitu ibadah yg tidak bercampur dgn kebiasaan. Seperti jumlah rakaat, tatacara ibadah dsb.

Rukun qiyas ada 4: pokok, cabng, hukum, dan illat.
Qiyas itu berlaku pada ibadah ghaira mahdlah artinya ibadah yg bercampur dgn kebiasaan seperti zakat, mu’amalah dsb.
Syarat sah qiyas:
1. Tidak bertabrakan dgn dalil. Dan qiyas yg bertabrakan dgn nash disebut dgn qiyas fasid (rusak).
2. Pokoknya harus ditetapkan oleh dalil, maka tidak sah qiyas pokok yg tidak ditunjukkan oleh dalil.
3. Illatnya harus sama, bila illatnya berbeda maka qiyas tsb gugur.
Maksudnya antara cabang dan pokok terdapat illat yg sama, contohnya gandum dan beras illatnya sama-sama makanan pokok.

Tanya: Kalo kita shalat, seolah olah Allah ada
dihadapan kita dan melihat kita apa termasuk dalam qiyas stadz ?
Jawab: Tidak masuk pak roll

Tanya : Stadz qiyas itu apakah arti secara lughah = analogi?
Jawab : Betul, Qiyas artinya menyamakan hukum cabang dgn hukum pokok karena adanya persamaan illat.

Kiat-kiat menjaga keikhlasan

Kiat-kiat menjaga keikhlasan:

Oleh Ustad Muhammad Nuzul

1. Mengetahui keagungan Allah ta’ala, nama-namaNya dan sifat-sifatNya dan memahami tauhid sesuai dengan kemampuannya.

2. Mengetahui tentang adzab dan nikmat kubur.

3. Mengetahui hadits-hadits yang menjelaskan adzab neraka bg.

4. Mengetahui -semampu kita- tentang janji-janji Allah kepada orang-orang yang bertaqwa di surga.

5. Berusaha selalu senantiasa mengingat kematian.

6. Mengetahui bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat dan dunia ini tidak kekal.

7. Memperbanyak do’a.
8. Merasa khawatir amal kita diakhiri/ditutup dengan riya.

9. Memperbanyak amal-amal kebaikan yang tersembunyi dan tidak memberitahukannya kepada orang lain kecuali jk ibadah tsb adalah syiar islam ex shalat berjamaah atau menampakkan aml tsb mengandung maslahat dan qt aman dr ria/suma’ah.

10. Berteman/bersahabat dengan orang-orang yang shaleh dan bertaqwa&berusaha u/ ikhlash.
Wallahu a’lam.

Tafsir Ar Rahman Ar Rahiim

Tafsir Ar Rahman Ar Rahiim

Oleh Ustad Badrussalam

Ar Rahman dan Ar Rahiim dari satu kata yaitu rahima yarhamu rahmatan artinya merahmati, Ar Rahman wazannya fa’laan dan wazan ini biasa digunakan oleh org arab utk menunjukkan kepada sesuatu yg sangat, seperti ghadbaan artinya sangat marah dan hatinya telah dipenuhi oleh kemarahan.
Ar Rahmaan artinya yang sangat penyayang dan dipenuhi kasih sayang.
Perbedaan Ar Rahmaan dgn Ar Rahiim.
Ibnu Qayyim menjelaskan perbedaan antara keduanya, kita ringkas kepada beberapa poin:
1. Ar Rahmaan adalah sifat dan Ar Rahiim adalah perbuatanNya. Seperti firman Allah: “wa kaana bil mukminiin rahiima (Allah rahiim kepada kaum mukminin)”.
Dalam ayat itu tidak dikatakan: rahmaana.
2. Ar Rahmaan lebih kuat maknanya dari Ar Rahiim. Oleh karena itu Allah menyandingkannya dengan makhlukNya yg paling luas. Allah berfirman: “Ar Rahmaan ‘alal ‘arsyi istawaa (Ar Rahman bersemayam di atas Arasy).
Kesesuaiannya adalah: ketika arasy adalah makhluk Allah yg paling besar dan meliputi semua makhluk dibawahnya maka Allah sebutkan nama: Ar Rahmaan yang rahmatNya meliputi segala makhlukNya.

Tanya : Berarti terjemah yg umum kita kenal dari kecil di Indonesia “yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang” gak tepat ya stadz?

Jawab : bisa

Tanya : Ustadz, klau rahiim mnunjukkan prbuatan, bgmn dgn awal surat ar rahman: 1. Ar rahmaan. 2. ‘Allamal qur’an. 3. Kholaqol insan 4. ‘Allamahul bayan. Kata2 stelah ar rahman itu mnunjukkan prbuatan smua stadz. عفوا

Jawab : Penyebutan kata Ar Rahman dalam surat tersebut berbeda dengan penyebutan kata rahiim dalam firman Allah : wa kaan bil mukminiin rahiima”. Ar Rahmaan adalah nama (isim) dan isim itu menunjukkan kepada musamma (yg dinamai) yaitu Allah, jadi firman Allah setelahnya ‘allamal qur’an kembali kepada isim dan musamma, dan setiap isim pasti menenjukkan kepada dua: dzat dan sifat.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar di Rumah

Oleh : ustadz Abdurahim Ayyub

Nabi bersabda: “Tidak masuk surga suami yg dayyuts”. Dan dayyuts itu adalah yg membiarkan anak istrinya melanggar larangan Allah dan tidak kecemburuan di hatinya.
Ikhwah fillah point ini sangat penting di dalam menuju keluarga yg sakinah keluarga yang menuju kearah keridhoan Allah azza wa jalla
Allah azza wajalla berfirman yg artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim :6)
Ali radhiallahuanhu berkata dlm menjelaskan ayat diatas: “Ajarilah mereka dan didiklah mereka” (shoheh al Hakim,Baihaqi,dll)
Al-Hasan berkata: ” Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah azza wajalla dan ajari mereka kebaikan” (al Bayhaqi,Syaikh Salim menshohehkan)
Bentuk pendidikan yang harus hidup di keluarga kita dan merupakan tanggung jawab seorang suami atas istrinya bapak terhadap anaknya adalah:
1.Memastikan setiap anggota keluarga faham dengan benar, mengenal dengan baik, mendalami kalimat tauhid: Laa ilaaha illallaahu”
Atau kefahaman Tauhid yang memang dengan itu diutus para Nabi dan Rasul dan mengajak umatnya kepada kefahaman Tauhid yg benar.
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah °agut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(An Nahl :36.)
2.Tugas seorang ayah atau seorang suami mengajak kepada tauhid sebagaimana perintah secara umum diantara istri ada dan anak ada yang taat akan ajakan tsb ada yang menyimpang. Karena memang ayatnya juga “di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan”
Karena hal ini tidaklah lepas dari masyi’ah syar’iyyah (kehendak Allah yg bersifat syari) agar mrk bertauhid dll dan juga ada masyi’ah kauniyyah (kehendak Allah yang besifat kauni/taqdir umum).
Bahwa diantara istri anak cenderung pada kesyirikan dll…
Intinya adalah kewajiban ayah atau orang tua mengajak kepada perintah syari agar bertauhid dengan benar dan menjauhi kesyirikkan.
Contoh keluarga yg berhasil mengajak kepada tauhid adalah Nabi Ibrahim alaihi salam terhadap anak2nya yg sdh ma’lum, Nabi Nuh alaihissalam telah menjalankan kewajibannya terhadap anak dan istrinya tetapi anaknya cenderung pada penyimpangan dll.
Inilah tugas yg paling utama dari seorang ayah atau suami kpd anak dan istrinya….
3.Hendaknya suami/orang tua memerintahkan sholat anggota keluarhanya sebagaimana hadits yg artinya: ” suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka untuk sholat saat mereka berumur sepuluh tahun,dan pisahkan mereka dari tempat tidurnya” (shoheh,Abu Daud,Ahmad,dll Syeikh Salim : Hasan)
Ibnu Qoyyim merinci 3 etika dlm mendidik anak; 1. Menyuruh shalat, 2. Memukulnya untuk sholat 3.Memisahkan dlm tempat tidur.

(T) Stad.. Apakah ada penjelasan ttg bentuk memukul anak & istri spt apa..? Syukron..

(J) Memukul anak yg meninggalkan sholat harus tetap memegang kaidah2 pendidikan yaitu diberi pengertian dahulu diancam dengan api neraka di nashehatkan dan baru di pukul yg kira2 membuat jera sianak sampai mengerjakan sholat dan jelas setiap anak berbeda beda.
Kalau kita mau kutip ucapan Ust Hakim Abdat dlm hal ini beliau mengutip kitab ibnu qoyyim yg isinya” kalau anak yg berumur sepuluh tahun wajib dipukul karena meninggalkan sholat maka anak yg telah baligh atau dewasa tentu lebih keras lagi hukumannya. Berkata ulama tidak ada yg lebih keras lagi hukiumannya kecuali hukum bunuh (dan ini tentunya di dalam pemerintahan yg menjalani hukum Islam karena pemerintahlah yg menjalani hukum diatas) ini dari mazhab imam malik syafii dan ahmad dan ulama lainnya.
Baik karena hal ini penting ada beberapa kaidah dalam memukul anak atau istri dalam rangka pendidikan yg saya kutip dari syeikh abu abdillah ahmad bin ahmad isawi yaitu sebagai berikut:
Tidak memukul wajah dan daerah2 yg sensitif pd tubuhnya Menggunakan tongkat kecil tidak boleh memukul lebih dari 3 kali berdasarkan hadits Bukhari Muslim ” seoarang tidak boleh dipukul lebih dari sepuluh kali,kecuali jika hal itu adalah salah satu hukuman yg telah ditentukan oleh Allah”
Seorang pendidik dilarang memukul ketika emosinya sedang memuncak karena dikawatirkan hal itu membahayakan si anak berdasarkan hadit wasiat” janganlah kamu marah” (HR al Bukhari)
Dalam menjatuhkan hukuman dera seorang pendidik harus melakiukannya sendiri tidak boleh mewakilkan kepada saudara anak tsb, atau temannya agar tidak terjadi permusuhan dan tidak tumbuh rasa dendam. Tambahan dlm fatwa al buhuts beliau menambahkan yg ringkasannya” pendidik boleh mendera mrk dgn deraan yg pelan jika dengan deraan yg pelan tsb sudah mencapai maksud dan tujuan. (Syeikh Bin Baz).
Juga hal yang sangat penting adalah memberi penjelasan kepada anak kenapa dia dipukul dijelaskan kesalahannya dan tujuannya. Wajib bagi orang tua mengajarkan akhlaq yang mulia mencontohkan dan mengamalkan bersama anggota keluarganya.

(T) Skalian deh stadz.. Kl utk orang tua, tdk spt itu ya stadz..? Tmn saya, ayahnya sering malas shalat, cara nya hanya mengingatkan saja ya stadz dgn perkataan yg baik.. Syukron..

(J) Ya orang tua yg beda agama saja kita tetap harus menjaga kaidah syari daam mengormatinya apalagi orang tua yang muslim tapi malas atau enggan atau ada syubhat kita harus kenal benar orang tua kita katena ayat secara umum menyatakan yg artinya”23.Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.(Al Israa:23)
Maka metode memukul hanya berlaku dari orang tua ke anak tetapi dari anak ke orang tua tidak berlaku tetapi orang tua bisa kena hukum dari pemerintah jika tegaknya hukum tsb katena pemerintah lebih tinggi dari orang tua kita. Wallahu a’lam
Ada nashehat syeikh Abdurrozaq yang intinya hendaknya seorang anak mempunyai cara2 yg lembut kpd orang tuanya yg mempunyai masalah dlm ibadah , baik dengan bertanya kepadanya tentang sebuah buku hadiys tentang maslah tsb atau seperti masalah sholat tanyakan kpd mereka hukum2 sholat belikan buku2 kaset2 dll
Dan juga jangan lupa berdoa
Kembali ke point 3 tentang akhlaq syeikh abu abdilllah mengutip ucapan Ibn qoyyim ” dlm kitabnya at tuhfah hal 179 menukil dari Ibn Umar radhiallahu anhuma bahwasanya ia pernah berkata “Luruskan adab anakmu,karena kelak kamu akan ditanyai tentang adab yg telah kamu berikan? Dan apa yang telah kamu ajarkan? Si anak juga akan ditanyai tentang baktinya dan ketaatannya kepada dirimu”
Kalau 3 hal yang paling penting ini tegak di dalam kepemimpinan rumah tangga semoga akan terlepas dari sifat dayyuts.
Wallahu a’lam gitu saja dulu ya…..