Tazkiyatun Nufus
Oleh Ustadz Muhammad Nuzul Fikri
Ibnul Qayyim -rahimahullah- mengatakan, “Tipe hati yang ketiga adalah hati yang hidup tetapi cacat. Ia memiliki dua materi yang saling tarik menarik. Ketika ia memenangkan pertarungan itu maka di dalamnya terdapat kecintaan kepada Alloh سبحانه وتعالى, keimanan, keikhlasan dan tawakkal kepada-Nya, itulah materi kehidupan. Padanya (masih) ada kekuatan untuk mencintai dan mengutamakan syahwat, serta masih berkeinginan kuat dalam hasad (dengki), sombong, ujub, cinta kedudukan dan berbuat kerusakan di muka bumi,, itulah materi yang menghancurkan dan membinasakannya.
Ia diuji oleh dua penyeru: yang satu menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya serta hari akhirat, sedang yang lain menyeru kepada kenikmatan sesaat. Dan ia akan memenuhi salah satu diantara yang paling dekat pintu dan letaknya dengan dirinya.” (Mawaaridul Amman hal. 37)
Tanda-Tanda Hati yang Sakit
1. Tidak mengenal Allah, tidak mencintai-Nya, tidak merindukan perjumpaan dengan-Nya, dan tidak mau kembali ke jalan-Nya serta lebih suka mengikuti hawa nafsu.
Ia lebih suka mendahulukan kepentingan pribadi dan syahwatnya daripada ta’at dan cinta kepada Allah .
Allah berfirman,
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (QS. Al Furqaan: 43)
2. Tidak merasakan sakitnya hati dengan sebab luka-luka maksiat
Seperti ungkapan pepatah:
“Luka tidak terasa sakit bagi orang mati.”
Karena hati yang sehat pasti merasa sakit dan tersiksa dengan perbuatan maksiat. Hal itulah yang membuatnya tergerak untuk kembali bertaubat kepada Rabb-nya.
Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَان تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari syaithan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (QS. Al A’raaf: 201)
Sedangkan orang yang hatinya sakit selalu mengikuti keburukan dengan keburukan juga.
Allah berfirman,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekalli-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthaffifiin: 14)
Al-Hasan al-Bashri -rahimahullah- mengatakan, “Itu adalah dosa di atas dosa sehingga membuat hati menjadi buta lalu mati.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Sementara hati yang sehat selalu mengikuti keburukan dengan kebaikan dan mengikuti dosa dengan tobat.
Tidak merasa sakit (tidak merasa tersiksa) dengan kebodohannya (ketidaktahuannya) akan kebenaran. Berbeda dengan hati yang sehat, yang akan merasa sakit dengan datangnya syubhat (ketidak-jelasan) pada dirinya.
Seorang ulama mengatakan, “Tidak ada dosa yang lebih buruk selain kebodohan.”
Imam Sahl pernah ditanya, “Wahai Abu Muhammad! Apa yang lebih buruk daripada kebodohan?” Ia menjawab,”Kebodohan akan kebodohan (tidak tahu bahwa dirinya bodoh).” Lalu ada yang berkomentar, “Dia benar, karena hal itu menutup pintu ilmu secara total.”
Hati yang sakit meninggalkan makanan yang bermanfaat dan memilih racun yang berbahaya.
Seperti keengganan sebagian besar orang untuk mendengarkan Al Qur’an yang dikabarkan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya:
{ وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا }
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (AlQur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS. Al Israa’: 82)
Mereka memilih mendengarkan lagu-lagu yang menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, membangkitkan birahi dan mengandung kekufuran kepada Allah. Seseorang mengerjakan perbuatan maksiat karena kecintaannya pada apa yang dibenci oleh Allah سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم.
Keberanian berbuat maksiat adalah buah dari penyakit yang bersarang di dalam hati dan bisa memperparah penyakit yang ada di dalam hati tersebut. Dan bila hati seseorang sehat, ia akan menyukai apa yang disukai Alloh سبحانه وتعالى dan apa yang disukai Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Allah berfirman:
{ …وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ }
“…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan ( iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al Hujuraat: 7)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
(( ذاق طعم الإيمان من رضي باللّه ربا وبالإسلام دينا وبمحمد رسولا ))
“Telah merasakan lezatnya iman orang yang meridhai Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Komentar Terbaru