Kumpulan Tulisan di Group BBM As Sunnah 9 & 14

Archive for the ‘Mengenal Ulama’ Category

Ibnu Hajar & orang Yahudi

Dari cak lutfie dari Al Ustadz Muhtarom dengan redaksi yang semakna:

Dikisahkan, suatu hari Ibnu Hajjar Rahimahullah berjalan-jalan di sekitar kediamannya yg megah dan luas serta indah, tiba-2 bertemu dg seorang yahudi yg menjual minyak keliling. Mengetahui didepannya seorang ahli ilmu yg terkenal dikalangan ummat muslim yg dijuluki ‘hakimnya para hakim’, sang penjual minyak Yahudi tsb tdk menyia-nyiakan kesempatan utk diajak berdebat. Yahudi: Wahai Ibnu Hajjar, apakah nabimu pernah bersabda bhw dunia bagai penjara/kesengsaraan bagi muslim, dan surga bagi org kafir.? Ibn Hajjar: Iya betul, hadist tersebut sahih, memangnya kenapa?. Yahudi: Skrg engkau lihat sendiri, keadaanmu yg muslim jauh lebih seperti surga dibanding saya yg seperti penjara?. Ibnu Hajjar: Hadist tsb sahih, dan sesuai dg kondisi kita saat ini. Yahudi: saya tdk bisa mengerti jalan pikiran anda. Ibnu Hajjar: Begini, kondisi buruk yg engkau alami di dunia ini, sangatlah jauh lebih nikmat jika dibandingkan di akhirat kelak, karena kekafiranmu, sedangkan kondisi kami yg seperti ini tidak akan bisa mengalahkan keadaan di surga yg penuh dg kenikmatan tiada banding sebagaimana di dunia. Ingatlah kekafiran telah menyebabkan terkuncinya pintu surga bagimu, dan keimanan telah membuka pintu surga bagi seorang muslim.
Wallohualam

‘Araak bin Maalik

Khalifah Yazid bin Abdul Malik pernah mengasingkan seorg ulama yg bernama ‘Araak bin Maalik ke sebuah pulau yg bernama Dahlak. Namun penduduk Dahlak berkata: “Semoga Allah membalas Yazid dgn kebaikan, ia telah mengirim utk kami seorg lelaki yang dengannya Allah ajarkan kebaikan utk kami..

Ittiba’

Al Harawi meriwayatkan dalam kitab dzammul kalaam: bahwa Abdullah bin Al Mubarak pernah tersesat jalan dalam sebuah perjalanan, dan telah sampai kepadanya hadits: siapa yg tersesat dipadang pasir lalu ia menyeru: wahai para hamba Allah bantu aku, niscaya ia akan dibantu”. Ia berkata: “akupun berusaha mencari sanad hadits itu dalam kitabku”.
Al Harawi mengomentari: “Beliau tidak mau berdoa dengan suatu doa yg beliau tidak mengetahui kondisi sanadnya”.
Syaikh Al Bani berkomentar: “Demikianlah seharusnya ittibaa”.

Sa’id bin aL-Musayyab

From Group: Assunnah14

Messages
———-

** Oct 31 Sun 16:45 **
Agung Kertioso ┇أبو فرس:

Sa’id bin aL-Musayyab (wafat 94 H)

Nama lengkapnya Sa’id bin al-Musayyab bin Hazn al-Quraisy al-Makhzumi, ayany dan kakeknya adalah sahabat Nabi Shallallahu alaihi wassalam, ia dilahirkan sebelum Umar menjadi khalifah, sejak muda telah melakukan perjalanan siang dan malam untuk mendapatkan hadist Nabi,.

Mengenai dia sebagaimana dituturkan oleh Ahmad bin Hambal adalah:” Ia tabi’in paling utama”. Sedangkan Makhul berkata:” Aku telah menjelajahi bumi untuk menuntut ilmu, teryata aku tidak bertemu seorangpun yang lebih pandai daripada Sa’id bin al-Musayyab”. Sementara itu Ali bin al-Madini menyatakan :” Aku tidak tahu di kalangan tabi’in ada orang yang luas ilmunya daripada dia, menurutku ia tabi’in terbesar”.

Para ulama meriwayatkan bahwa ia mengawinkan putrinya kepada Kutsayyir bin Abi Wada’ah hanya dengan mas kawin dua dirham. Padahal sebelumnya ia menolak lamaran Abdul Malik yang ingin menjodohkan putrinya dengan al-Walid bin Abdul Malik. Dan ketika Abdul Malik hendak melaksanakan bai’at bagi putranya al-Walid, Hisyam bin Ismail selaku pengganti Abdul Malik di Medinah memukul Sa’id bi al-Musayyab dan menghadapnya dengan pedang, untuk memaksanya melakukan bai’at namun Sa’id tetap tidak mau.

Ibnu Musayyab meriwayatkan hadist dari Abu Bakar secara Mursal, dan ia mendengar dari Umar, Utsman, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, Sayyidah Aisyah dan beberapa yang lainnya.

Yang meriwayatkan dari dia antara lain Salim bin Abdullah, Az-Zuhri, Qatadah, Syuraik, Abu az-Zanad.

Ia wafat pada tahun 94 H.

 

Disalin dari Biografi Ibn al-Musayyab dalam Thabaqat Ibn Sa’ad 5/88

Ditulis oleh ahlulhadist

Sa’id bin aL-Musayyab (wafat 94 H)

Sa’id bin aL-Musayyab (wafat 94 H)

Sa’id bin aL-Musayyab (wafat 94 H)
………………………………………………….

Nama lengkapnya Sa’id bin al-Musayyab bin Hazn al-Quraisy al-Makhzumi, ayany dan kakeknya adalah sahabat Nabi Shallallahu alaihi wassalam, ia dilahirkan sebelum Umar menjadi khalifah, sejak muda telah melakukan perjalanan siang dan malam untuk mendapatkan hadist Nabi,.

Mengenai dia sebagaimana dituturkan oleh Ahmad bin Hambal adalah:” Ia tabi’in paling utama”. Sedangkan Makhul berkata:” Aku telah menjelajahi bumi untuk menuntut ilmu, teryata aku tidak bertemu seorangpun yang lebih pandai daripada Sa’id bin al-Musayyab”. Sementara itu Ali bin al-Madini menyatakan :” Aku tidak tahu di kalangan tabi’in ada orang yang luas ilmunya daripada dia, menurutku ia tabi’in terbesar”.

Para ulama meriwayatkan bahwa ia mengawinkan putrinya kepada Kutsayyir bin Abi Wada’ah hanya dengan mas kawin dua dirham. Padahal sebelumnya ia menolak lamaran Abdul Malik yang ingin menjodohkan putrinya dengan al-Walid bin Abdul Malik. Dan ketika Abdul Malik hendak melaksanakan bai’at bagi putranya al-Walid, Hisyam bin Ismail selaku pengganti Abdul Malik di Medinah memukul Sa’id bi al-Musayyab dan menghadapnya dengan pedang, untuk memaksanya melakukan bai’at namun Sa’id tetap tidak mau.

Ibnu Musayyab meriwayatkan hadist dari Abu Bakar secara Mursal, dan ia mendengar dari Umar, Utsman, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, Sayyidah Aisyah dan beberapa yang lainnya.

Yang meriwayatkan dari dia antara lain Salim bin Abdullah, Az-Zuhri, Qatadah, Syuraik, Abu az-Zanad.

Ia wafat pada tahun 94 H.

 

Disalin dari Biografi Ibn al-Musayyab dalam Thabaqat Ibn Sa’ad 5/88

Sa’id bin aL-Musayyab (wafat 94 H)

Apa yang menimpa kita adalah buah perbuatan Kita

From Group: Assunnah9

Messages
———-

** Oct 31 Sun 13:23 **
Bayu Imantoro: Oleh Ustadz Muhammad Nuzul, Lc. Dari group Nge-Rodja:
** Oct 31 Sun 13:23 **
Bayu Imantoro: ‎​Fudhail bin ‘iyadh dan sebagian salaf pernah mengatakan:” ketika aku terjatuh dalam sebuah kemaksiatan kepada ALLAH maka aku melihat pengaruh negatif kemaksiatan tersebut dalam diri istri dan hewan tungganganku”.سُبْحَانَ اللَّهِ, Ini adalah renungan berharga dalam menyikapi masalah rumah tangga kita.mungkin selama ini kita terlalu mudah menyalahkan istri tercinta kita padahal bisa jadi kesalahn yang ia perbuat bermula dari kelalaian kita dalam menjaga hak Rabb yang membolak balikkan hatinya. Pengakuan Fudhail bin ‘iyadh diatas adalah slh satu makna dari sebuah hadits yg hrs slalu kita camkan: jagalah hak ALLAH niscaya ALLAH akan menjagamu(dan keluargamu)

‎​Semangat MemBaca ala Ulama

‎​Semangat MemBaca ala Ulama

– Ibnul Jauzi
Ia tidak pernah kenyang membaca buku.
Jika ia menemukan buku yang belum pernah beliau lihat, maka seolah-olah ia mendapatkan harta karun.
Beliau pernah melihat kataloq buku-buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri 6000 jilid.
Dan beliau pernah membaca semua buku tersebut serta buku lain nya ia pernah membaca 200.000 jilid buku lebih dan itu hanya sebagian dari kecintaan beliau terhadap ilmu.

– Ibnul Mubarak
Ia lebih banyak berdiam diri di dalam rumah nya. Ia lebih suka bergelut dengan buku daripada bercengkerama dengan manusia.
Oleh karena itu seseorang bertanya kepada nya, “Apakah engkau tidak merasa kesepian?”. Ia menjawab, “Bagaimana aku merasa kesepian sedang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat nya selalu bersama ku”.

– Hasan Al-Lu’luai (sahabat Imam Abu Hanifah)
Ia berkata, “Selama 40 tahun, aku tidak tidur siang ataupun tidur malam, serta tidak istirahat sambil bersandar kecuali ada sebuah buku yang tergeletak di atas dada ku”

– Abu Dawud
Ia senantiasa membawa buku kemana-mana. Ia memiliki baju dengan lengan nya yang lebar dan yang sempit. Lalu beliau ditanya tentang hal tersebut. Beliaupun menjawab bahwasanya lengan baju nya yang lebar beliau gunakan untuk menaruh buku.

Cuplikan kisah diatas hanya segelintir dari lautan kisah “gila” ulama dalam mencari ilmu.
Benar-benar di luar akal sehat kebanyakan orang. Kegemaran mereka membaca kitab dan menelaah nya memang tiada tandingnya.

Mereka tidak pernah merasa kenyang dengan ilmu. Bagi mereka mencari ilmu merupakan kenikmatan yang luar biasa, tiada bandingannya dengan sesuatu apapun didunia ini.

Maka wajar bila umat banyak mendapat manfaat darinya, bahkan hingga zaman sekarang, beratus-ratus tahun setelah buku-buku tersebut ditulis tetap memberikan manfaat yang tiada tara.

{Gila Baca ala Ulama, Ali bin Muhammad Al-Imran}